Kualitas jasa menurut ISO 9000
adalah derajat atau karakteristik yang melekat pada produk yangmencukupi
persyaratan atau keinginan. Kualitas seringkali disamakan dengan mutu. Sedangkan mutu adalah keseluruhan ciri dari
atribut produk atau jasa yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
1. Pengertian Kualitas Jasa
Menurut Lewis dan Booms merupakan
pakar yang pertama kali mendefinisikan kualitas jasasebagai ukuran,seberapa
bagus tingkat layanan yang diberikan dan sesuai dengan ekspektasi pelanggan.
Menurut Wyckof dalam Tjiptono
(2000), berpendapat bahwa Kualitas jasa
merupakan tingkat keunggulan (exellence) yang diharapkan dalam
pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Dengan kata lain, terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa
yakni, jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang dipersepsikan
(perceived service).
Hal ini berarti ada dua faktor
utama yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu jasa yang diharapkan (exspected
service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived service). Bila jasa yang
diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan
(exspected service), maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika
jasa yang diterima melebihi harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan
sebagai kualitas jasa yang ideal.
Akan tetapi bila
jasa yang diterima
lebih rendah daripada
yang diharapkan, maka kualitas jasa sangat bergantung pada kemampuan
penyedia jasa menyediakan jasa kepada konsumen secara continue dan konsisten.
Kualitas jasa sering
didefinisikan sebagai usaha pemenuhan dari keinginan pelanggan serta
ketepatannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Perusahaan harus selalu
memperbaiki dan mengendalikan kinerja pelayanannya agar sesuai dengan
ekspektasi pelanggan.
2. Pengukuran Kualitas Jasa
Rangkuti (2002) menyatakanbahwa
kualitasjasa dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu jasa yang diharapkan
(expected service) dan jasa yang dirasakan (perceived service). Baik
tidaknya kualitas jasa
yang ditawarkan tergantung
pada kemampuan fasilator (penyedia)dalam memenuhi harapan
konsumen.
Pengukuran kualitas jasa lebih
sulit dibandingkan dengan mengukur kualitas produk nyata, Sebab atribut yang
melekat pada jasa tidak mudah untuk diidentifikasi.
Menurut Tjiptono (2000)
langkah-langkah yang harus diambil dalam mengukur kualitas jasa, Yaitu :
1). Spesifikasi
determinan kualitas jasa.
Langkah ini menyangkut
variabel yang digunakan untuk mengukur kualitas jasa.
2). Perangkat standar kualitas
jasa yang dapat diukur. Kualitas jasa yang dimaksud adalah menyangkut tentang
standar atau instrument
kualitas jasa yang
dapat digunakan untuk mengukur variabel.
3. Faktor-faktor yang Menentukan Kualitas Jasa
Setiap perusahaan jasa berusaha
memberikan jasa yang berkualitas tinggi secara konsisten dan kontinu untuk
memuaskan konsumen. Beberapa ahli dibidang pemasaran telah mencoba melakukan
studi atau mencari pendekatan tentang dimensi atau faktor utama yang menentukan
kualitas jasa.
Menurut Parasuraman, Zeithamal,
dan Berry (dalam Rangkuti 2002) untuk dapat menentukan standar kualitas jasa
dapat dilihat dari kriteria berikut :
a. Reliability (Keandalan), meliputi dua aspek
utama, yaitu konsisten kinerja (performace) dan
sifat dapat dipercaya
(dependability). Hal ini berarti
perusahaan mampu menyampaikan
jasanya secara benar sejak awal (right from the first time), memenuhi janjinya
secara akurat dan andal, (misalnya menyampaikan jasa sesuai dengan janji yang
disepakati), menyampaikan data (record) secara tepat, dan mengirimkan tagihan
yang akurat.
b. Responsiveness (Ketanggapan), merujuk pada
kesediaan dan kesiapan karyawan untuk membantu
para pelanggan dan
menyampaikan jasa secara
cepat. Misalnya ketepatan waktu pelayanan, pengiriman slip
transaksi secepatnya, kecepatan menghubungi kembali pelanggan, dan menyampaikan
layanan secara cepat.
c. Competence (Kemampuan), penguasaan
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa
sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Termasuk didalamnya pengetahuan dan
ketrampilan karyawan kontak, personil dukungan operasional, dan kapabilitas
riset organisasi.
d. Acces
(Mudah diperoleh), akses
mengandung pengertian kemudahan
untuk dihubungi atau ditemui
(approachbility) dan kemudahan kontak. Hal ini berarti lokasi fasilitas jasa
mudah dijangkau, waktu mengantri atau menunggu tidak terlalu lama, saluran
komunikasi perusahaan mudah dihubungi, baik melalui telepon, email, dan
faximile.
e. Courtesy
(Keramahan), meliputi sikap
santun, respek, atensi,
dan keramahan para karyawan kontak, seperti resepsionis,
operator telepon, bell person, teller bank, kasir, dll.
f. Communication (Komunikasi), mengandung
makna penyampaian informasi
kepada pelanggan dalam bahasa yang mudah mereka pahami, serta selalu
mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.
g. Credibility
(Dapat dipercaya), atau
kridibilitas merujuk pada
sifat jujur dan
dapat dipercaya, yang mencangkup nama perusahaan, reputasi perusahaan,
karakter pribadi karyawan kontak, dan
interaksi dengan pelanggan
(hard selling versus
soft selling approach).
h. Security (Keamanan), maksudnya bebas dari
bahaya, risiko atau keragu-raguan. Termasuk didalamnya keamanan secara fisik
(physical safety), keamanan finansial (financial security), privasi, dan
kerahasiaan (confidentiality).
i. Understanding atau
knowing the costumer
(Memahami pelanggan), mengandung pengertian berupaya memahami
pelanggan dan kebutuhan spesifik mereka, memberikan perhatian individual, dan
mengenal pelanggan reguler.
j. Tangibles (Bukti nyata yang kasat mata),
meliputi penampilan fisik, peralatan, personil, dan bahan-bahan komunikasi
perusahaan, seperti kartu bisnis, kop surat, dll.
Parasuraman, Zeithamal, dan Berry
(dalam Tjiptono: 2011), menyederhanakan dimensi kualitas jasa menjadi 5 (lima)
dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya, yaitu
:
1. Reliabilitas, berkaitan dengan kemampuan
perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa
membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang
telah disepakati.
2. Daya tanggap, berkenaan dengan kesediaan dan
kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan
mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian
memberikan jasa secara cepat.
3. Jaminan, perilaku para karyawan mampu
menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan dapat
menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya.
4. Empati, berarti perusahaanmemahami masalah
para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan
perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasional yang
nyaman.
5. Bukti fisik, berkenaan dengan daya tarik
fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta
penampilan karyawan.
4. Strategi Kualitas Jasa
Menurut Tjiptono
(2000:132) stretegi kualitas
jasa atau layanan
mencakup empat hal berikut:
1. Atribut layanan pelanggan, Adalah
penyampaian layanan atau jasa harus tepat waktu, akurat, dengan perhatian dan
keramahan.
2. Pendekatan untuk penyempurnaan kualitas
jasa, Merupakan aspek penting dalam rangka menciptakan kepuasan pelanggan.
Faktor biaya, waktu menerapkan program, dan pengaruh layanan pelanggan. Ketiga
faktor ini merupakan inti pemahaman dan penerapan suatu sistem yang responsive
terhadap pelanggan dan organisasi untuk pencapaian kepuasan optimum.
3. Sistem umpan balik untuk kualitas layanan
pelanggan, Umpan balik sangat dibutuhkan untuk evaluasi dan perbaikan
berkesinambungan. Informasi umpan balik harus difokuskan pada hal-hal berikut:
memahami persepsi pelanggan terhadap perusahaan, jasa perusahaan dan para pesaing; mengukur dan memperbaiki kinerja perusahaan;
mengubah bidang- bidang terkuat perusahaan menjadi faktor pembeda pasar;
mengubah kelemahan menjadi peluang berkembang, sebelum pesaing lain
melakukannya; mengembangkan sarana komunikasi internal agar setiap orang tahu
apa yang mereka lakukan; dan menunjukkan
komitmen perusahaan pada kualitas dan para pelanggan.
4. Implementasi, Sebagai bagian
dari proses implementasi, manajemen harus menentukan cakupan kualitas jasa dan
tingkat layanan pelanggan sebagai bagian dari kebijakan organisasi.
5. Meningkatkan Kualitas Jasa,
Dalam meningkatkan kualitas jasa, banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dan
upaya tersebut juga berdampak luas terhadap budaya organisasi secara
keseluruhan. Upaya tersebut perlu pula mempertimbangkan banyak faktor.
Adapun faktor-faktor yang perlu
mendapat perhatian yaitu (Tjiptono, 2000:88):
a. Mengidentifikasi determinan utama kualitas
jasa.
b. Mengelola harapan pelanggan.
c. Mengelola bukti kualitas jasa yang bertujuan
untuk memperkuat persepsi pelanggan
selama dan sesudah jasa diberikan.
d. Mendidik konsumen tentang jasa (membantu
pelanggan dalam memahami suatu jasa).
e. Mengembangkan budaya kualitas.
f. Menciptakan automating quality
g. Menindaklanjuti jasa
dalam membantu memisahkan
aspek-aspek jasa yang
perlu ditingkatkan
h. Mengembangkan sistem informasi kualitas
jasa.
5. Penyebab Kegagalan Penyampaian Jasa
Hasil penelitian mengenai costumer
perceived quality pada industri jasa yang dilakukan Leonard L. Berry, A
Parasuraman, dan Valerie A Zeithaml (dalam Rangkuti 2002), mengidentifikasi 5
(lima) kesenjangan (gap) yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa, yaitu :
1. Kesenjangan tingkat harapan konsumen dan
persepsi manajemen, pada kenyataannya pihak manajemen suatu perusahaan tidak
selalu dapat merasakan atau memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh para
pelanggannya.
2. Kesenjangan antara persepsi
manajemen dan spesifikasi kualitas jasa, kadangkala manajemen mampu
memahami secara tepat
apa yang diinginkan
pelanggan, tetapi mereka tidak
menyusun standar kinerja yang jelas. Hal ini dapat terjadi karena tiga faktor,
yaitu tidak adanya komitmen total manajemen terhadap kualitas jasa, kurangnya
sumber daya, atau karena kelebihan permintaan.
3. Kesenjangan
antara spesifikasi kualitas
jasa dan penyampaian
jasa, ada beberapa penyebab terjadinya kesenjangan ini,
misalnya karyawan kurang terlatih, beban kerja yang melampaui batas, ketidak
mampuan memenuhi standar kerja, atau bahkan ketidakmauan memenuhi standar
kinerja yang ditetapkan.
4. Kesenjangan
antara penyampaian jasa
komunikasi eksternal, seringkali
tingkat kepentingan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan atau
janji yang dibuat oleh perusahaan. Resiko perusahaan apabila janji tidak
dipenuhi akan menyebabkan persepsi negatif terhadap kualitas jasa pelanggan.
5. Kesenjangan antara jasa yang dirasakan dan
jasa yang diharapkan, kesenjangan ini terjadi apabila pelanggan mengukur
kinerja atau persepsi perusahaan dengan cara yang berbeda, atau apabila
pelanggan keliru mempersepsikan kualitas jasa tersebut.
Nama : Dimas Tegar Ardhi Pratama
BalasHapusKelas: XII T2
Materi cukup ringkas dan mudah untuk dipahami
Nama : Meisy Wulandari
BalasHapusKelas: XII N3
NIT. : 19111444
Materi yang diberikan sangat jelas dan mudah untuk dipahami.
Nama: Koko Sela Agit
BalasHapusKelas: XII N3
Nit: 19111441
Materi yang disampaikan cukup jelas
Nama : Andhika Nur Rosyidi
BalasHapusNIT. : 19111390
Kelas : XIIN1
Materi dapat dipahami secara jelas dan ringkas, Terimakasih
Nama: Zulfa Putri Aprilia
BalasHapusKelas: XII N3
NIT: 19111456
Materi diatas mudah dipahami dan jelas